Rabu, 01 Juli 2009

PUSAT JAGAT RAYA


PUSAT JAGAT RAYA

Ki Kecubung Wulung Pitutur Jati

Manusia adalah makluk yang paling beruntung di muka bumi ini, bukan saja karena manusia diciptakan sebagai khalifatan lilalamin, namun juga dikarenakan manusia adalah satu satunya makluk yang mempunyai kemampuan melihat dirinya sendiri sebagai obyek dari dirinya sendiri yang subyek. Dengan demikian manusia mampu mempelajari diri sendiri dan mencari solusi terhadap segala permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan. Inilah alasan mengapa manusia selalu tergerak untuk menciptakan tehnologi yang semakin maju, karena manusia melihat dirinya dalam kekurangan, dalam masalah, dan manusia mencoba untuk menolong dirinya keluar dari maslah itu dengan penemuan-penemuan dan ciptaan ciptaannya. Binatang, tumbuhan, batu dan lain lainya tak bisa melihat diri sendiri sebagai objeknya sendiri yang subjek maka mereka tak bisa mengerti permasalahannya sendiri, sehingga penemuan dan penciptaan tehnologi merupakan hal yang tidak mungkin bagi mereka.

Dengan demikian sempurnakah manusia? Tidak juga. Kehebatan apapun yang dimiliki manusia tidak akan membawa manusia itu pada tataran sempurna, bahkan sebaliknya, kehebatannya itulah yang membawa ketidaksempurnaan. Kemampuan manusia untuk memisahkan diri sebagai subjek dan objek sekaligus ini selain membawa kelebihan bagi manusia, pun membawa kelemahan pada manusia. Karena manusia bisa melihat dirinya, maka manusia terkadang menjadikan diri sendiri seolah olah sebagai pusat jagat raya. Semua kejadian, semua masalah, semua penilaian akan dipulangkan dulu ke diri sendiri. Diri sendirilah yang menjadi ukuran. Orang yang tak sependirian dengannya akan dilihat sebagai berbeda, dan perbedaan itu adalah kebodohan bagi orang lain. Ukuran baik buruk, bagus tidak bagus pun dilihat dari kepantasan diri sendiri. Main pukul terhadap maling bagi seseorang mungkin hal yang biasa saja, toh yang dipukulin itu maling, orang yang membuat keonaran dan merugikan orang lain. Bagi orang ini yang tidak mau ikut nempeleng maling dianggapnya sebagai seorang pengecut. Tapi bagi yang tidak suka melihat maling dipukulin akan menilai orang yang suka main pukul sembarangan, meskipun pada seoarang pencuri sekalipun, adalah termasuk orang yang tidak tahu perikemanusiaan.

Pendapat subyektif seperti ini akan selalu berbeda. Perbedaan ini ditentukan oleh keinginan dan nafsu masing masing subyek. Semua subyek selalu menempatkan kepentingan dan hasrat serta kesenangan pribadi diatas segalanya. Kebenaran harus mencerminkan kepentingannya, kalau ada sesuatu yang tidak memuaskan nafsu dan keinginananya, tentu akan dianggap tidak benar. Setiap manusia memiliki banyak sekali alasan dan argumentasi untuk pembenaran pendapat, pendirian dan kepercayaannya. Masing masing orang mengangap dirinyalah pusat jagat raya, sehingga yang lain hanyalah pemain figuran di dunia ini dan mereka harus mengakomodir keinginannya. Dengan demikian jelas bahwa ada persaingan antar individu di dalam masyarakat kita, karena setiap individu cenderung hanya memuja diri dan keinginannya. Individu lain harus kalah, atau harus ambil kesempatn kedua saja. Setiap orang teriak, ”I am the center of the world and the rest of you are just my satelites”. Setiap orang dalam hatinya tersimpan nyanyian, “ akulah yang paling benar, aku yang paling pinter dan akulah yang paling punya hak atas ini dan itu, yang lain ikutin mauku saja”.

Dari ketidakmampuan mengendalikan perasaan menjadi pusat jagat raya inilah sebetulnya awal munculnya watak egois, dan itulah kenapa sigmund freud mengatakan bahwa dunia ini dipenuhi ego ego yang saling bersaing untuk menjadi yang paling unggul.

Ukuran ukuran subyektif ternyata selain sebagai berkah dan keunggulan manusia atas makluk makluk lain, juga sekaligus menjadi kelemahan bagi manusia. Karena terjadinya segala macam silang sengketa sampai terjadinya perang yang mengorbankan jutaan nyawa manusia sekalipun sebenarnya hanya berasal dari subyektifitas pribadi pribadi manusia yang saling dibenturkan satu sama yang lain. Seperti inilah hasil dari perasaan sebagai pusat jagat raya apabila dibiarkan liar dan dipakai secara kebablasan.

Disisi yang lain ada juga orang yang menggunakan perasaan menjadi pusat jagat raya ini secara negatif. Orang ini selalu melihat dirinya dalam bingkai kaca mata yang selalu negatif. Ada orang kumpul kumpul berbicara tentang sesuatu, karena saat dia lewat salah satu dari sekelompok orang ini melihat sekilas kearahnya, si orang ini merasa bahwa sekelompok orang itu pasti sedang “ngomongin” dirinya. Bawaannya curiga melulu sama orang lain. Hidup orang ini susah karena selalu curiga dan tidak percaya sama orng lain. Orang macam ini merasa seakan akan dunia ini hanya berisi dia seorang, sehingga pusat pandangan, pusat pembicaraan pasti hanya tentang dia. Kasihan sekali ya orang macam ini?

Ada juga sikap salah yang lain dalam memandang diri. Ada orang yang selalu berfikir bahwa dia itu termasuk gologan yang tidak beruntung, Dia beranggapan bahwa hanya dia yang selalu dapat masalah dan musibah, dan penderitaan. Oarng lain bagi mereka ” happy happy” saja. Dia pun yakin bahwa semua mata juga tertuju padanya untuk mentertawakan nasib buruknya. Orang ini selalu bersenandung ” kasihan deh gue”. ”Pity me, Pity me”. Akibatnya orang semacam ini akan merasa minder, rendah diri dan sebaginya.

Nah sekerang tinggal tergantung kita sendiri, mau kita apakan kemampuan subyektifitas kita ini. Kalau kita akan gunakan seperti penggunaan yang keliru diatas yah silahkan. Tanggung sendiri akibatnya. Toh sebetulnya orang memandang kita itu sama persis kita memandang orang lain. Masing masing kita pasti punya banyak kesibukan dan permasalahan sendiri. Pada masalah orang lain kita sebetulnya cuek bebek aja. Kalau toh kadang kita memberi bantuan atas permasalahan orang lain yah kita bantu hanya sekedarnya saja, Tidak sampai ikut berfikir yang sebenar benarnya mikir. Yah Cuma sekedar upacara sosial saja. Sekedar berempati saja, habis itu, kita akan tenggelam dengan permasalhan dan pekerjaan masing masing dan lupa. Oleh karena itu tidak usahlah kita selalu berfikir bahwa kita ini pusat jagat raya. Ada orang lain disekitar kita. Sama seperti kita, orang lain juga punya keperluan, punya masalah dan punya penderitaan. Kita saling mengerti saja. Mari kita gunakan dunia ini bersama sama, dan saling bantu. Jangan merasa paling, itu intinya.

Tidak ada komentar: