Selasa, 30 Juni 2009

SEKSUALITAS


SEKSUALITAS

Oleh Ki Kecubung Wulung Pitutur Jati


Cerita Adam dan Hawa yang terusir dari surga lantaran makan buah terlarang sebenarnya adalah gambaran penggunaan seksualitas yang kebablasan. seksualitas yang terdiri dari libido, aurat (genital) dan dan daya rangsangnya (sex drive) diciptakan Tuhan sebagai sarana untuk menjaga keberlangsungan kehidupan. Artinya seksualitas adalah dasar eksistensi kehidupan, dan sama sekali bukan alat bermain dan bersenang senang seperti yang dilakukan Adam dan Hawa.

Selama seksualitas dipakai dalam upaya menjaga eksistensi kehidupan, seksualitas merupakan urusan rohaniah, karena seksualitas akan mencukupi kebutuhan batiniah manusia yang paling hakiki termasuk keyakinan akan ada kehidupan lagi msasa mendatang. Di sini jelas seksualitas adalah tugas suci bagi manusia. Sebaliknya kalau kita keluar rel dan menggunakan seksualitas untuk kesenangan berarti kita telah mendangkalkan urusan yang bersifat sakral ini menjadi sekedar urusan yang bersifat jasmaniah yang kotor.

Seperti sedikit telah disinggung diatas, seksualitas diciptakan Tuhan sebagai sarana pengejawantahan yang sangat intent dari dua kutup kehidupan, pria dan wanita, dalam dimensi lahiriah (kasunyatan). Wujud fisik dari perangkat seksualitas manusia merupakan sarana lahiriah bagi kebutuhan meng”ada”nya kebutuhan rohani manusia menjadi forma konkrit. Dengan kata lain alat alat genital manusia merupakan media badaniah bagi kebutuhan rohani untuk terpenuhi. Oleh karena itu aurat manusia itu sakral dan suci. Mungkin ini juga alasannya mengapa para muslimah tidak boleh telanjang didepan umum bahkan mereka harus pakai kerudung.

Tentunya sakralitas dan kesucian aurat ini tidak akan nampak kalau kita menghayati aurat sebagai substansi, karena dari sudut pandang ini tentu saja alat genital hanya sekedar bagian kecil dari organ tubuh kita, sama seperti tangan atau hidung yang kadang bisa amat kotor. Yang perlu kita lakukan disini adalah mencapai pengertian yang sempurna tentang hakekat dari aurat kita sebagai manifestasi badan rohaniah, sehingga kita hanya akan berani mempergunakan organ organ seksualitas diluar kontek pemenuhan kebutuhan kebutuhan suci batiniah yang berlandaskan cinta dan kasih. Di luar penggunaan ini seksualitas hanya akan jadi sarana pencapain hasrat duniawi,dan itu berarti pengkhianatan terhadap unsur unsur rohaniah pada diri kita sendiri.

Pada kenyataannya seperti nenek moyangnya anak anak Adam telah keliru lagi dalam penggunaan seksualitasnya. Mereka membelokkan fungsi fungsi rohaniah seksualitas untuk mereguk kenikmatan dan kepentingan badaniah. Tanpa sadar mereka mengulang kembali kesalahan Adam. Manusia telanjang lagi dan dosa lagi. Cuma bedanya Adam dahulu merasa malu tetapi manusia kini tak tahu malu.

Perkembangan selanjutnya makin menyedihkan, karena seksualitas kini telah menjadi industri raksasa. Tidak perlu iklan dan sama sekali tak butuh manager pemasaran bisnis ini berjalan sangat lancar. Pelaku bisnis ini sama sekali tak perlu menghitung kapan mencapai break event point, karena sudah pasti untung. Industri seks saat ini adalah bisnis yang beromset milyaran rupiah sehari.

Dunia ini tergelar seperti pasar raksasa bagi bisnis ini. Dimana pun dijual pasti laku. Bisnis inipun kenal differensiasi produk. Pelacur pelacur dari berbagai kelas adalah adalah pramuniaga dari toko toko rental alat genital. Penari penari erotis merupakan pemandu wisata dari biro perjalan tamasya jiwa. Gambar, foto dan video porno juga merupakan obyek khayalan yang laris manis terjual.

Dan (maaf) para artis yg suka pamer aurat sadar atau tidak adalah komoditi dan sekaligus selles girl dari bisnis ini. Ini sama sekali tak ada hubungan dengan kesenian. Ini adalah wujud nyata dari pengingkaran dari roh seksualitas dan eksistensi kemanusian.

Tidak ada komentar: